Suatu pagi di Gasibu setelah beberapa menit berjalan tak jelas arah tujuan. Percakapan antara saya dan dua orang kawan.
Saya: Eh ini kita mau go with the flow aja atau mau menentukan tujuan hidup?
Kawan1: Hahahaha pertanyaan bagus
Kawan2: Aduh gw ngga punya tujuan hidup
Sebenarnya ini pertanyaan tentang kita mau ngapain di Gasibu. Namun, sembari berjalan, saya jadi mencerna percakapan ini dengan definisi yang lugas. Saya mau ngapain lagi sih dalam hidup?
Duluuuuuu banget jaman baru mau lulus kuliah S1 saya punya milestone yang sangat well-defined. Mau kerja di perusahaan FMCG multinasional umur berapa, mau kuliah lagi ke Belanda atau Prancis umur berapa, mau punya usaha koskosan umur berapa, mau nikah umur berapa, mau naik haji umur berapa, mau punya anak berapa waktu umur berapa, dan sebagainya. Semuanya didasarkan pada gambaran yang menurut saya ideal pada saat itu.
Terus apakah semuanya tercapai sesuai rencana? Tentu tidak. Bahkan semuanya melenceng HAHAHAHA. Saya sempat ngga percaya diri dan merasa gagal. Merasa hidup saya ngga sehijau rumput tetangga. Efeknya saya jadi kurang menikmati hidup. Hidup saya terlalu serius karena sibuk mengejar milestone-milestone selanjutnya, dan stress kalau ngga tercapai.
Dulu saya berpikir kalau kegagalan itu sesuatu yang sangat sangat harus dicegah. Kalau kita gagal, berarti kita kurang kerja keras saat mencegah dan kurang kuat berdoa. Seiring berjalannya waktu kemudian saya belajar bahwa banyak hal di dunia ini yang di luar kuasa kita. Mau seberapapun kuat usaha kita, kita ngga bisa mengontrol semuanya.
Buat saya, itu salah satu esensi percaya Tuhan. Saya percaya bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari manusia yang mengatur semuanya. Kita bisa berusaha tapi Tuhan yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita dan kapan waktu yang tepat. Di saat saya ngga diterima di perusahaan FMCG impian, saya bekerja di perusahaan lain yang membawa competitive advantage sendiri untuk saya di masa sekarang. Di saat saya jadinya kuliah ke Swedia, ternyata kultur setempat membawa perubahan positif untuk saya.
Nah, jadi tujuan hidup selanjutnya apa? Hehehe susah amat pertanyaan. Yang jelas sekarang saya ngga lagi punya milestone saklek kayak jaman dahulu kala. Yang saya pegang pilar utamanya aja: family, personal development, empower others. Implementasinya mari kita iterasi sembari berjalan. Kalau bahasa kekinian nya: “Being agile in life” (wkwkwk udah cocok jadi anak startup masa kini belom kak? 😛 )
Cheers,
NF. 040618.
P.S. setelah dibaca-baca lagi, ini cocok juga buat jualan konsep Agile vs Waterfall hahaha